Teori Etnometodologi Harold Garfinkel : Profil, 5 Fokus Kajian, Keunikan
Teori Etnometodologi Harold Garfinkel : Profil, 5 Fokus Kajian, Keunikan
Sosiologi Info – Sudah pada tau belum teori etnometodologi yang digagas oleh Harold Garfinkel beserta kritiknya terhadap fungsionalisme?
Jika belum simak terus artikel dibawah ini untuk menambah pengetahuan kamu seputar tokoh sosiologi kontemporer.
Lalu apa itu Etnometodologi Menurut Pandangan Harold Garfinkel ?
Berikut pemaparannya mulai dari biografi, pengertian, ilmuwan yang mempengaruhi dan kritik terhadap fungsionalisme maupun etnometodologi itu sendiri.
Sekilas Mengenal Biografi atau Profil
Harold Garfinkel lahir pada 29 Oktober 1917 di Newark, New Jersey, Amerika Serikat. Ayahnya berprofesi sebagai pedagang barang rumah tangga guna keperluan para imigran.
Ayahnya menginginkan agar Garfinkel kelak berprofesi sebagai pengusaha, tetapi Garfinkel tetap bersikeras untuk kuliah.
Namun ia tetap mengikuti kemauan sang ayah dengan tetap berkuliah dengan mengambil kursus bisnis di Universitas Newark.
Semasa berkuliah, Garfinkel banyak memiliki teman mahasiswa Yahudi di Universitas Newark yang kebanyakan dari mereka mengambil jurusan kuliah Sosiologi.
Garfinkel lulus pada tahun 1939 dari Universitas Newark. Setelah itu ia berkunjung ke kamp pekerja di Quaker di Georgia.
Setelah kunjungannya pada kamp tersebut ia mengetahui perkembangan kajian sosiologi di Universitas South California.
Walaupun banyak mahasiswa di universitas ini yang mempelajari statistik dan sosiologi ilmiah.
Namun ia lebih memilih mengembagkan sosiologi ilmiah dengan melihat tindakan sosial dari sudut pandang aktor.
Garfinkel lalu memperoleh beasiswa dan ia melanjutkan studinya di universitas tersebut.
Tugas akhirnya atau tesis ia membahas tentang pembunuhan antar Ras yang ia peroleh dari pembimbingnya, yaitu Guy Johnson.
Garfinkel juga sempat mengikuti wajib militer pada tahun 1942, ia mendapatkan tugas sebagai pelatih dalam peperangan tank.
Ketika berakhirnya perang dunia kedua, Garfinkel lalu melanjutkan studi doktoralnya. Ia mendapatkan bimbingan dari Talcott Parsons.
Meskipun begitu ia tidak mengembangkan kajian yang sama dengan gurunya.
Pada saat yang bersamaan, ia mulai mempelajari kajian fenomenologi melalui karya-karya dari Edmund Husserl, Aaron Gurwitch, Alfred Schutz, Karl Manheim, serta Maurice Merleau-Ponty.
Maka bisa dikatakan pemikir-pemikir tersebut mempengaruhi pandangan Garfinkel.
Ia juga memiliki pengalaman mengajar selama 2 (dua) tahun di Ohio State dan sebagai peneliti di Universitas California Los Angels, yang ia tekuni sejak tahun 1954.
Di Universitas tersebut Garfinkel juga mendirikan pusat pengkajian etnometodologi. Melalui tangan dinginnya lahirlah murid-murid yang memiliki pengaruh besar seperti Aaron Cicourel.
Walaupun Garfinkel sendiri yang mempopulerkan istilah etnometodologi pada khalayak sosiolog Amerika.
Namun melalui perbincangan para muridnya pula etnometodologi lebih dikenal luas pada khalayak ramai.
Pada akhirnya, istilah etnometodologi mulai diperkenalkan ke seluruh Amerika Serikat, bahkan seluruh dunia melalui para kelompok sosiolog, khususnya Harvey Sacks, Emmanuel Schegloff, dan Gail Jefferson.
Mengenal Etnometodologi Menurut Pandangan Harold Garfinkel
Menurut Garfinkel, Ethnometodology adalah “investigasi terhadap kekayaan rasional dari ekspresi indeksikal.
Dan tindakan praktis lain sebagai pencapaian dari praktik-praktik seni yang terorganisasikan dalam kehidupan sehari-hari”.
Singkatnya, etnometodologi yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti adalah metode-metode di dalam kehidupan sehari-hari manusia untuk membantu kehidupan mereka.
Untuk menyelesaikan masalah manusia, mereka menggunakan nalar praktis, bukan logika formal.
Dalam ungkapan lain etnometodologi didefinisikan sebagai interaksi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Yang menaruh perhatian pada cara individu merasionalisasi atau”memahami” realitas sosial yang terjadi, khususnya melalui percakapan dan interaksi.
Tujuan dari pengembangan etnometodologi Garfinkel adalah untuk mengatasi persoalan dalam analisis Parsons mengenai tindakan sosial.
Fenomenologi yang digagas oleh Garfinkel tidak mengaburkan konsep fenomenologi Schutz, tetapi memberikan review yang sangat memuaskan.
Melalui jalur analisis melalui hukum-hukum dasar sehingga kemudian mengalami pengayaan di berbagai konstruksi.
Serta meliputi analisis percakapan dan kaidah interpretatif untuk membedakan dengan gagasan-gagasan corak sosiologi sebelumnya, fenomenologi Garfinkel disebut dengan etnometodologi.
Etnometodologi berusaha menjelaskan mengenai aktivitas-aktivitas, suasana serta alasan sosiologis yang sifatnya praktis.
Serta, juga memfokuskan keseharian paling umum yang biasanya disertai dengan beberapa kejadian luar biasa untuk mempelajari hal-hal dalam dirinya sendiri.
Etnometodologi Garfinkel tidak ada kaitannya dengan penelitian etnografi karena yang dimaksud disini adalah menjelaskan ilmu secara etnometode, yakni prosedur yang membentuk penalaran sosiologi praktik.
Sosiologi dan akademisi sosiologi harus melakukan kegiatan praktis dan yang tidak selalu saja secara teoritis dengan memiliki berbagai macam gagasan di benaknya.
Untuk menemukan keabsahan tentang tindakan-tindakan sosial yang digagas oleh etnometodologi, Garfinkel tidak menguji teori secara deduktif atau melalui verifikasi.
Akan tetapi, lebih banyak menggunakan pendekatan induktif dengan melakukan eksperimen.
Oleh karena itu, peran peneliti menjadi sangat penting karena mereka melakukan studi penalaran praktis dan studi tindakan sehari-hari.
Sosiolog Ilmuwan Yang Mempengaruhi
Garfinkel berpendapat bahwa ada empat orang yang memiliki gagasan dan menyediakan petunjuk kepadanya serta tiada habis-habisnya pada dunia aktivitas sehari-hari.
1. Talcott Parsons
Ketika Garfinkel melakukan bimbingan semasa belajar di Harvar (1946 – 1952)
2. Alfred Schutz
Ketika Garfinkel berkunjung dan belajar di New School Of Social Research.
3. Filosof fenomenologi Aaron Gurswitch dan Edmun Husserl.
Mengacu pada buku yang ditulis oleh Garfinkel yang berjudul Studies in Etnometodology, buku tersebut penuh dengan referensi Alfred Schutz.
Menurut Garfinkel, ia banyak berhutang budi pada Schutz. Ia juga menuturkan ada sedikit pengaruh Parsons, namun ada titik temu keduanya, yakni sebagai garis bawah kepercayaan sebagai dasar perilaku manusia.
Kritik Etnometodologi Terhadap Fungsionalisme
Gagasan ini muncul disebabkan oleh ketidakpuasan Garfinkel terhadap paradigma fakta sosial.
Pada tahun 1940, Garfinkel mengkritik pandangan Durkheim yang menurutnya terlalu melebih-lebihkan peran struktur dan kultur sebagai kekuatan yang bersifat menentukan kehidupan individu.
Para fungsionalis berpendapat, individu dinilai sebagai makhluk yang pasif alias dungu atas dinamika dan kekuatan dari lingkungan sekitar.
Mereka juga berpendapat, tindakan sosial individu pasrah oleh apa pun yang dilakukan struktur dan kultur.
Melalui mekanisme di masyarakat yang Bernama sosialisasi, individu menerima produk apa saja yang dihasilkan masyarakat tersebut.
Pandangan yang dinilai terlalu deterministik ini sangat tidak disetujui oleh Garfinkel. Jika individu ataupun masyarakat dinilai secara mekanis, maka sebenarnya asumsi itu jelas salah.
Atau dengan kata lain, asumsi manusia tersebut bahkan bersifat palsu.
Garfinkel berpendapat bahwa potensi-potensi yang dihasilkan manusia sangatlah kreatif, baik itu kreatif yang bersifat rasional atau tidak rasional serta kreatif yang bersifat teoritis maupun praktis.
Jika menggunakan paradigma etnometodologi, banyak keunikan individu yang bisa dilihat.
Jika kita meminjam istilah fakta sosial, dalam perspektif etnometodologi, Alain Coulon menyatakan bahwa fakta sosial adalah pelaksanaan tindakan dari para anggota.
Masih dalam konteks penolakan terhadap fakta sosial, Garfinkel ingin mendobrak tabu yang ada dalam pertanyaan mengenai keteraturan sosial.
Dan tidak mencakup asumsi yang telah ada sebelumnya atau mitos-mitos yang menggerakkan situasi interaksi.
Menurut kaum etnometodologi bahwa asal mula norma atau nilai iu bukanlah yang menjadi perhatian utama.
Hal ini tentunya sangat berbeda dengan pandangan interaksionisme simbolik yang menyatakan bahwa nilai dan norma muncul dari proses interaksi.
Fokus Kajian Etnometodologi
Mengakui jangkauan yang luar biasa terhadap beberapa praduga, elemen pengetahuan, penyimpulan dan ciri yang kontekstual digunakan sebagai sumber untuk mempertahankan pengertian yang konsisten bagi kejadian-kejadian pertukaran.
Bersifat objektif dan ketidakraguan pada kenyataan seperti dunia, lingkungan, merupakan tampak yang terjadi dan keraguan terhadap kenyataan tersebut patut diragukan.
Adanya proses indeksikalitas (indexicality), yaitu merupakan daftar istilah. Masyarakat memiliki perbedaan kearifan lokal yang telah ada sebelumnya dan dapat merujuk pada indeks lain yang juga telah ada.
Peneliti harus memahami proses tersebut untuk dapat memiliki pengetahuan yang lebih luas. Sebuah ungkapan, indeks-indeks lebih banyak dibanding yang benar-benar dikatakan.
Terjadinya proses refleksivitas (reflectifity) sebagai gambaran tentang arti atau suatu interpretasi terhadap situasi yang terdapat secara umum.
Sehingga tidak perlu didefinisikan.untuk memutuskan seseorang itu ‘bersalah’ atau ‘benar’, maka harus ada proses dari umum ke pengertian khusus terhadap apa yang dimaksud.
Pada dasarnya, reflektivitas adalah suatu sifat khas kegiatan sosial yang sarat akan kehadiran sesuatu yang diamati secara bersamaan.
Terjadi asas resiprositas (bolak-balik) dengan tujuan menyetarakan pengertian antara peneliti dan aktor yang terlibat.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kebenaran yang saya anut adalah kebenaran yang dianut oleh orang lain juga.
Dalam konteks ini, menurut etnometodologi, interaksi yang terjadi dalam kehidupan manusia yaitu berupa percakapan tak lepas dari indeksikalisasi.
Indeksikalisasi merupakan rancangan mengenai ruang dan waktu kejadian yang dapat berfungsi sebagai indeks untuk menempatkan apa yang terjadi dalam dunia realitas.
Keunikan Etnometodologi dalam Penelitian Kualitatif
Keunikan etnometodologi dibanding aliran dalam penelitian kualitatif lainnya ialah peneliti terlebih dahulu meninggalkan asumsi-asumsi, teori, proposisi.
Dan kategori yang ada tentang fenomena yang dikaji. Sedangkan pendekatan lainnya cenderung melihat fenomena dengan berbekal asumsi-asumsi.
Bahkan teori yang dianggap dapat mekungkung kebebasan peneliti dalam memahami fenomena yang akan dikaji.
Dengan kebebasan itu peneliti dapat memahami realitas dengan jernih tanpa intervensi teoretik sebelumnya.
Peneliti yang beraliran etnometodologi lebih mengutamakan pertanyaan ‘bagaimana’ daripada ‘mengapa’ untuk menggali makna yang dikandung dalam realitas yang diteliti.
Keunikan lainnya ialah etnometodologi menghindari wawancara walaupun menggunakan percakapan sehari-hari (cerita) individu sebagai data utama.
Mengapa etnometodologi menghindari interview atau wawancara?
Tentu hal ini menjadi pertanyaan besar, meskipun telah diakui memiliki kelebihan untuk mendapat informasi atau isi hati orang secara mendalam, interview juga memiliki kelemahan.
Contohnya, interview lebih memakan waktu yang lama, informan bisa berbohong, informasi yang digali akan melebar ke mana-mana yang pada dasarnya tidak diperlukan dan akan membingungkan peneliti sendiri.
Selain daripada itu, hasil interview belum tentu mengungkapkan apa yang sesungguhnya terjadi. Perlu diketahui bahwa apa yang dikatakan seseorang belum tentu sama dengan apa yang kita mau.
Untuk menghindari hal tersebut, etnometodologi lebih mengutamakn data dari hasil observasi langsung pada kegiatan individu yang diteliti.
Kritik Terhadap Etnometodologi
Etnometodologi muncul sebagai bentuk ketidaksetujuan terhadap pendekatan-pendekatan sosiologi yang bersifat konvensional.
Menurut pendekatan ini, sosiologi konvensional mengekang kebebasan peneliti. Peneliti konvensional selalu dibekali asumsi, teori proposisi yang sudah ada sebelumnya.
Dan hal ini membuat peneliti tidak bebas dalam memahami kenyataan sosial yang ada.
Etnometodologi bertujuan untuk meneliti aturan interaksi sosial sehari-hari berdasarkan akal sehat, yaitu sesuatu yang biasanya diterima begitu saja.
Sosiolog berpendapat bahwa etnometodologi terlalu memusatkan perhatian pada hal sepele dan cenderung apatis terhadap masalah yang sangat penting dihadapi masyarakat.
Menurut Atkinson (Rahardjo, 2018), bahwa etnometodologi terus menyambut campuran ketidak pemahaman dan permusuhan yang tak dapat disangkal.
Dan perlu diperhitungkan apabila berkaitan dengan teori, metode dan tindakan empiris penelitian sosiologi.
Atkinson berpendapat bahwa etnometodologi telah melupakan akar fenomenologinya dan mengurangi perhatiannya terhadap kesadaran dan proses kognitif.
Dalam konteks ini, etnometodologi lebih memusatkan perhatian pada ciri dan struktur percakapan itu sendiri.
Nah, itulah tadi pemaparan dan penjelasan mengenai Teori Etnometodologi Harold Garfinkel : Profil, 5 Fokus Kajian, Keunikan.
Penulis Artikel : Mahasiswa Jurusan Sosiologi Universitas Riau, Hussein Ruslαn Rαfsαnjαni
Sumber referensi sosiologi.info:
Rahardjo, M. (2018). Apa itu Studi Etnometodologi ? 1–6. repository.uin-malang.ac.id/2435