Teori Sosiologi Struktural Fungsional Emile Durkheim
Sosiologi Info – Apa pengertian dan penjelasan dari Teori Sosiologi Struktural Fungsional yang dimiliki oleh Tokoh, Ahli Menurut Emile Durkheim ?
Mari simak ulasan dan beberapa pandangan, perspektif dari Tokoh Sosiologi Emile Durkheim dibawah ini dengan seksama ya, sebagai contoh memahami teori.
"Individu berkorban untuk mempertahankan eksistensi dan solidaritas suatu kelompok,"
Emile Durkheim.
Pandangan Durkheim Lahirnya Teori Struktural Fungsional
Apa yang menjadi inti dari gagasan Emile Durkheim? Yaitu, “apa yang mempersatukan sebuah masyarakat?”
Teori sosiologi yang disampaikan oleh Tokoh atau Ahli menurut Emile Durkheim memang punya beragam konsep yang dicetuskan tentang persatuan.
Layaknya memaksa kita untuk mengeksplorasi tata surya. Oleh karena itu, kita perlu membayangkan kehidupan yang ada di dalam masyarakat melalui konsep kunci terlebih dahulu.
Untuk memahami berbagai gagasan Emile Durkheim, kita juga perlu memahami bagaimana keterkaitan antara.
Makna solidaritas sosial dan kehidupan berbangsa serta bernegara di Indonesia. So, simak terus artikel dibawah ini. Teori struktural fungsional lahir sebagai reaksi terhadap teori evolusionari.
Hal yang membedakan kajian evolusionari dan struktural fungsionalisme adalah kajian evolusionari cenderung membangun tingkat-tingkat perkembangan budaya manusia.
Sedangkan struktural fungsionalisme untuk membangun sebuah sistem sosial, atau lebih tepatnya struktural fungsionalisme melakukan pengkajian.
Terhadap pola hubungan yang ada antara individu-individu, kelompok-kelompok, serta antara institusi-institusi sosial yang ada di dalam masyarakat dengan kurun waktu tertentu.
Pada intinya, kajian evolusionari bersifat historis dan diakronis, sedangkan struktural-fungsional lebih bersifat statis dan sinkronis.
Struktural fungsional merupakan gabungan dari dua pendekatan, yang diawal dari pendekatan fungsional Durkheim dan pendekatan struktural R-B (Radcliffe-Brown).
Oleh karena itu, jika kita ingin memahami pendekatan struktural fungsional, maka kita harus memahami terlebih dahulu latar belakang/sejarah pendekatan fungsional (Marzali, 2014).
Durkheim berpendapat bahwa ikatan solidaritas mekanik, yang ada pada masyarakat masih bersifat sederhana seperti kohesi antara benda-benda mati.
Sedangkan ikatan solidaritas organic yang ada pada masyarakat modern seperti kohesi antara organ hidup.
Solidaritas yang dimaksud oleh Durkheim dapat diartikan sebagai sebuah mekanisme atau perasaan yang menjaga sebuah persatuan/solidaritas.
Solidaritas ini dibentuk oleh dua jenis kekuatan yaitu :
- Pertama, kekuatan yang bersifat memaksa seperti hukum.
- Kedua, kekuatan yang bersifat menimbulkan keinginan untuk bersatu seperti budaya.
Dahrendorf memberikan pernyataan lain mengenai fungsionalisme, menurut Dahrendorf struktural fungsionalisme tidak memberikan perhatian, “baik” itu pada konflik.
Maupun pada perselisihan (dissension) yang termasuk bagian inheren dari masyarakat. Konflik sosial harus bisa dijelaskan terlepas dari penyimpangan yang dikoreksi oleh kontrol sosial.
Fungsionalisme menolak penjelasan bahwa konflik adalah aspek struktural dan menembus kehidupan sosial.
Dahrendorf berpendapat bahwa pendekatan fungsionalisme telah berjasa pada sosiologi karena berhasil meletakkan dasar-dasar sosiologi sehingga mengangkat sosiologi sampai ke tahap ilmiah.
Fungsionalisme telah bekerja keras menemukan penjelasan yang komprehensif tentang masyarakat.
Tetapi, sebagai sosiolog, menurut Dahrendorf perlu ditemukannya teori yang memiliki kemampuan dengan menggabungkan konflik-konsensus.
Berbeda dengan Lewis A. Coser yang ingin memasukkan fungsionalisme pada analisis konflik, Dahrendorf berpendapat bahwa rencana Coser tersebut sangat tidak mungkin.
Menurutnya, mustahil menggabungkan keduanya dikarenakan memang benar-benar berbeda dan tidak bisa dilakukan (Safira, 2018).
Menurut Durkheim, bahwa fenomena sosial mestinya diobservasi melalui dua pendekatan yang berbeda, yaitu pendekatan historis dan pendekatan fungsional.
Analisis fungsional berusaha menjawab pertanyaan yaitu mengapa suatu item-item sosial tertentu mempunyai konsekuensi tertentu terhadap operasi keseluruhan sistem sosial.
Lain halnya dengan pendekatan historis yang mempertanyakan “mengapa harus item sosial tersebut?
Mengapa bukan item sosial yang lain? Secara historis yang mempunyai fungsi tersebut.”
Dalam hal ini, Durkheim dipandang sebagai bapak perspektif struktural-fungsional di bidang sosiologi.
Struktur merupakan tubuh masyarakat, fungsi adalah peran institusi sosial yang berperan sebagai organ dalam tubuh masyarakat.
Menurut Durkheim, para peneliti sosial harus bisa mengkombinasikan penelitian untuk mencari tahu asal-usul dan sebab-akibat (pendekatan historis).
Di satu pihak, dan pendekatan fungsi-fungsi dari suatu fenomena sosial (pendekatan fungsional), di lain pihak.
Kita harus tahu apakah ada keterkaitan antara hubungan kenyataan sosial yang diteliti dengan kebutuhan umum organisme sosial.
Fungsi dan Struktur
Fungsi merujuk pada suatu peran, struktur merujuk pada suatu kesatuan. Bersatunya berbagai fungsi dalam sebuah keterikatan akan menghasilkan sebuah kesatuan sistem sosial.
Menurut Durkheim, sebuah solidaritas atau persatuan dalam kehidupan bermasyarakat dapat dibentuk melalui fakta sosial.
Yaitu nilai-nilai yang dapat membentuk kesadaran kolektif dan mengorganisasi masyarakat. Berikut perbedaan fungsi dan struktur pada organisme biologi dan organisasi sosial.
Organisme Biologi
Unit: Sel-sel
Struktur: Hubungan antar sel.
Kegiatan: aktivitas sel dalam tubuh
Fungsi: berperan menjaga struktur atau kesesuaian antara efek dari kegiatan dan efek dari kegiatan dan kebutuhan dari struktur biologis.
Organisasi Sosial dalam Fungsionalisme
Hubungan antar individu manusia termasuk perilaku manusia yang terlihat nyata seperti peran dalam kegiatan.
Seperti membina/menjaga struktur dan kesatuan antara efek dari kegiatan dan kebutuhan dari struktur organisme biologis.
Sistem sosial yang ada dalam organisasi sosial dibentuk oleh organ-organ yang bersifat konkret dan abstrak, mulai dari institusi ekonomi sampai kepada institusi pendidikan/budaya.
Disfungsi pada suatu organ dari sistem sosial atau individu akan menghambat kinerja dalam sistem sosial.
Fungsionalisme merupakan sistem sosial yang dibentuk dan membentuk melalui tindakan sosial individu. Bila institusi sosial berfungsi dengan bik, struktur sosial dapat bertahan dengan baik.
Bila salah satu institusi sosial tidak berfungsi dengan baik/rusak, maka struktur sosial akan menjadi rapuh/disfungsi.
Memahami Konsep Struktur Sosial
Jika kita berbicara tentang struktur sosial maka pikiran kita akan tertuju kepada berbagai macam komponen.
Seperti: musik, kendaraan, atau tubuh manusia yang sedemikian kompleksnya karena tersusun berbagai macam komponen (organ) yang saling berhubungan, jadi mereka memiliki struktur.
Masyarakat juga demikian, yang terdiri sebagai sebuah struktur sosial dibangun atas jaringan hubungan sosial yang kompleks berikut antara anggota-anggotanya.
Satu hubungan sosial dengan dua orang anggota tertentu, pada waktu tertentu, di tempat tertentu, tidak dilihat sebagai satu hubungan yang berdiri sendiri.
Melainkan merupakan bagian dari satu jaringan hubungan sosial yang lebih luas, yang melibatkan keseluruhan anggota masyarakat.
Individu yang menjadi bagian dari sebuah struktur sosial bukanlah dipandang dari sudut biologis, yaitu yang terdiri dari sel dan cairan.
Tetapi sebagai individu yang memiliki posisi atau status sosial tertentu dalam struktur sosial tersebut.
Hal inilah yang menjadi ilmu sosial, sebab individu sebagai orang yang memiliki status sosial, dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Dilihat kapasitasnya sebagai sebuah status sosial, contohnya sebagai ayah, ibu, buruh, majikan, pembeli, penjual, dan seterusnya.
Gagasan Durkheim mengenai kehidupan bermasyarakat ternyata juga mempunyai permasalahan.
Transisi kehidupan dari pedesaan ke perkotaan tidak selalu menghasilkan sebuah integrasi sosial yang diharapkan.
Bisa jadi perubahan yang dihasilkan membuat individu saling bergantung satu sama lain di tengah beragamnya kehidupan.
Tetapi, ketergantungan tersebut sepertinya menghasilkan kondisi “keterpaksaan kondisi sosial” dan bukan murni sebuah keinginan untuk bersosialisasi.
Pluralisme yang dihasilkan dari beragamanya kondisi sosial tidak melulu berujung pada “rasa kebersamaan”.
Setiap individu mungkin saja terikat dalam sebuah sistem sosial, tetapi belum tentu diingat dalam sebuah komunitas sosial.
Lunturnya nilai-nilai kebudayaan yang ada di tengah-tengah masyarakat akan menghasilkan anomie.
Hal ini terjadi karena suatu masyarakat mengambil langkah jangka pendek atau mengambil sikap pragmatis.
Serta apatis sehingga lengah dalam menyikapi bagaimana suatu gejala dapat melemahkan pola perilaku masyarakat secara menyeluruh.
Nah itulah sekilas pembahasan dan penjelasan mengenai Teori Sosiologi Struktural Fungsional Emile Durkheim, dalam perspektif dan pandangannya.
Selain artikel penjelasan diatas, kamu juga bisa membaca Teori Struktural Fungsional Menurut Emile Durkheim dalam bentuk PDF lainnya.
Penulis Artikel : Mαhαsiswα Sosiologi Universitαs Riαu, Hussein Ruslαn Rαfsαnjαni
Referensi Sosiologi.info :
Marzali, A. (2014). Struktural-Fungsionalisme. Antropologi Indonesia, 0(52). https://doi.org/10.7454/ai.v0i52.3314
Safira, A. (2018). Tindak Pidana yang Dilakukan oleh Oknum Petugas Lembaga Pemasyarakatan dalam Menjalankan Tugas dan Fungsinya (Suatu Kajian Teori Struktural Fungsional menurut Emile Durkheim). Jurnal Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, 1–92.