Lewis Coser Membagi Konflik Menjadi Dua Bagian, Berikut Penjelasan dan Contohnya
Sosiologi Info - Menurut Lewis Coser menyampaikan pendapat bahwa konflik mungkin berfungsi untuk dapat memperkuat kelompok yang strukturnya longgar atau lemah.
Kemudian, konflik yang terjadi dalam masyarakat yang awalnya menjadi disintegrasi antar kelompok sosial, bisa saja mengarah pada integratif antar masyarakat tersebut.
"Konflik dibagi atas dua bagian, yaitu konflik external dan konflik internal," kata Lewis Coser
Pengertian konflik menurut beberapa para ahli. Konflik terjadi karena adanya perbedaan maupun pertentangan antar individu.
Ataupun kelompok sosial yang terjadi karena perbedaan kepentingan, serta adanya usaha memenuhi tujuan dengan jalan menentang pihak lawan disertai dengan ancaman atau kekerasan.
Berikut beberapa definisi konflik menurut para ahli, yaitu :
Menurut Pruitt dan Rubin, mengatakan konflik sebagai sebuah persepsi mengenai perbedaan kepentingan atau suatu kepercayaan beranggapan bahwa aspirasi pihak-pihak yang berkonflik tidak dapat menemui titik temu yang sepaham.
Menurut Webster menyampaikan istilah conflict dalam bahasa latinnya berarti suatu perkelahian, peperangan atau perjuangan yaitu berupa konfrontasi fisik antar beberapa pihak.
Nah, berikutnya bisa baca disini ya guys : Contoh Konflik Sosial Bersifat Positif | Yuk Baca
Menemukan fungsi konflik sosial. Lewis Coser lahir di Kota Berlin, pada tahun 1913. Lewis Coser menjadi seorang sosiolog pertama yang memang mencoba untuk dapat mempertemukan fungsionalisme struktural dan teori konflik, dimana karya Coser berfokus untuk menemukan fungsi konflik sosial itu sendiri.
Coser menyampain pendapat bahwa konflik mungkin berfungsi untuk dapat memperkuat kelompok yang strukturnya longgar atau lemah.
Kemudian, konflik yang terjadi dalam masyarakat yang awalnya menjadi disintegrasi antar kelompok sosial, bisa saja mengarah pada integratif antar masyarakat tersebut.
Misalnya konflik berkepanjangan yang terjadi antar masyarakat di timur tengah, eropa, maupun di Indonesia, yang pernah terjadi seperti perang saudara, perang merebut kekuasaan negara/daerah.
Nah, dari konflik-konflik antar kelompok yang terjadi, membuat individu yang berasa terisolasi akan bergerak dan berperan aktif dalam konflik sosial tersebut.
Lewis Coser membagi konflik atas dua bagian. Lewis Coser mengatakan konflik dibagi atas dua bagian, yaitu konflik external dan konflik internal.
Konflik external adalah konflik yang terjadi antara dua kelompok yang berbeda, dimana akan memperkuat kelompok yang berkonflik tersebut dengan memberikan batasan yang jelas dengan kelompok lain.
Konflik internal adalah suatu konflik yang muncul dalam sebuah kelompok yang memiliki hubungan yang sangat intim.
Konflik ini muncul karena terdapat ketegangan dan perasaan-perasaan negatif yang merupakan hasil keinginan individu untuk meningkatkan kesejahteraannya, kekuasaan, prestise, dukungan sosial atau penghargaan-penghargaan lainnya.
Karena banyak dari penghargaan-penghargaan itu bersifat langka, maka tingkat kompetisi pun tak terelakkan.
Contoh konflik yang dibagi menjadi dua bagian oleh Lewis Coser. Nah, apa contoh fenomena sosial yang bisa kita lihat dari dua bagian konflik external dan internal yang dijelaskan oleh Lewis Coser, berikut ini contohnya :
Konflik external seperti dijelaskan Coser, terjadi bisa saja antara satu, dua, maupun tiga kelompok masyarakat yang berbeda-beda yang sedang berkonflik untuk memperkuat batasan-batasan yang disepakati.
Contohnya, bisa kita lihat pada terjadinya konflik antar suku, yaitu Suku Dayak dengan Suku Madura di Sampit, konflik antar Suku Aceh dengan Suku Jawa di Aceh, konflik antar Suku Lampung dan Suku Bali, dan konflik antar suku di Papua.
Konflik internal seperti yang dijelaskan diatas munculnya konflik ini karena adanya ketegangan, perasaan-perasaan negatif, yang muncul dari dalam atau internal kelompok tersebut.
Contohnya, bisa kita lihat pada konflik internal yang ada dalam partai politik di Indonesia, misalnya ada dualisme kepemimpinan atau kepengurusan, maupun organisasi masyarakat lainnya yang sering terjadi dualisme kepengurusan.
Disinilah adanya konflik-konflik internal yang mungkin saja perbedaan pandangan, tujuan, visi dan misi, serta kepentingan-kepentingan anggota yang tidak bisa tertampung dengan baik.
Oleh karena, gesekan-gesekan keras antar kepentingan anggota-anggota yang juga mempunyai gerbong kepentingan masing-masing. Disinilah rentannya konflik internal yang bisa membuat perpecahan itu sendiri.
Sumber referensi bacaan :
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4063/3/T2_752011003_BAB%20II.pdf
https://eprints.uny.ac.id/18838/3/BAB%20II.pdf