Contoh Konflik Sosial yang Bersifat Positif Menurut Perspektif Lewis Coser dan Penyebabnya
Sosiologi Info - Konflik sosial yang terjadi dalam masyarakat tidak selalu bersifat negatif. Konflik juga bisa mengarah kepada yang positif.
Nah, berikut ini contoh-contoh konflik sosial yang terjadi baik antar individu, antar kelompok, dan antar negara yang memberikan dampak positif bagi keberlangsungan solidaritas, ada forum baru, dan adanya kesepakatan atau konsensus.
"Konflik sosial adalah sebagai suatu perjuangan terhadap nilai dan pengakuan terhadap status yang langka. Kemudian, kekuasaan-kekuasaan serta sumber-sumber pertentangan dinetralisir atau dilangsungkan, dieliminasi saingan-saingannya," kata Lewis Coser.
Konflik sosial masyarakat tidak bisa dihindarkan. Konflik akan selalu ada dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, konflik sosial yang terjadi tidak bisa dihindari oleh individu, kelompok sosial, maupun masyarakat yang lebih luas.
Konflik bisa saja terjadi antar individu, antar kelompok, dan antar masyarakat secara luasnya. Ada beberapa yang bisa menjadi penyebab terjadinya konflik dalam masyarakat, yaitu :
1. Adanya perbedaan sudut pandang/pendapat antar individu atau antar kelompok sosial masyarakat
2. Adanya ketidaksamaan latar belakang, seperti berbeda etnis, suku, agama, budaya, dan perbedaan yang dapat memungkinkan terjadinya konflik.
3. Adanya kepentingan-kepentingan yang berbeda-beda antar setiap individu atau kelompok sosial masyarakat yang ada.
4. Adanya perubahan-perubahan nilai, perilaku, tindakan, yang terjadi dilingkungan masyarakat yang dapat mengarahkan kepada terjadinya konflik sosial.
Nah itulah beberapa penyebab yang memungkinkan akan terjadinya konflik sosial antara individu, ataupun antar kelompok sosial masyarakat.
Dengan adanya konflik sosial yang terjadi di masyarakat, maka akan ada hasil-hasil positif yang terbentuk dengan sendirinya. Apa saja ?
1. Adanya konflik sosial akan membentuk solidaritas sosial antar individu, kelompok sosial, dan masyarakat semakin kompak, peduli, dan sama-sama mempunyai tujuan yang sama.
2. Adanya konflik sosial secara tidak langsung akan menciptakan atau mewujudkan forum-forum baru yang ada dalam masyarakat itu sendiri.
3. Adanya konflik sosial akan memberikan hasil atau jalan keluar atau keputusan terbaru, terbaik sesuai dengan keinginan dan konsensus atau kesepakatan yang terjalin antar individu, kelompok masyarakat yang berkonflik.
Konflik tidak melulu bernuansa negatif. Tokoh sosiologi, Lewis Coser mengatakan tidak semua konflik itu bersifat negatif. Bagi Coser konflik juga bisa memberikan dampak yang positif bagi kelangsungan tatanan sosial kemasyarakatan.
Konflik menurut Coser adalah sebuah sistem sosial yang bersifat fungsional. Ia mengatakan konflik terjadi dalam masyarakat tidak selalu menunjukkan fungsi yang negatif.
Kata Coser, konflik bisa mendatangkan atau berdampak yang lebih positif untuk keberlangsungan hubungan, tatanan sosial, serta pembaharuan struktur sosial kemasyarakatan yang ada.
Coser melanjutkan, bahwa bentuk interaksi yang bisa menimbulkan konflik tidak bisa untuk diingkari keberadaannya. Dengan tegas, ia menyampaikan konflik sosial tidak harus selalu merusak sistem yang ada atau bersifat disfungsional bagi adanya sistem tersebut.
Ia meyakinkan bahwa konflik sosial yang timbul di masyarakat merupakan suatu konsekuensi yang dapat menghasilkan konflik sosial bersifat positif.
Lanjut Coser, fungsi positif konflik merupakan cara atau alat untuk dapat mempertahankan, dapat mempersatukan, maupun dapat mempertegas sistem sosial yang ada.
Kamu bisa baca lebih lengkap disini : Teori Konflik Menurut Perspektif Lewis Coser | Yuk Baca
Pertama, konflik sosial yang pernah terjadi pemberontakan di Aceh yaitu Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Konflik sosial yang terjadi pada masa itu akhirnya memberikan jalan keluar dan hasil yang positif bagi Indonesia.
Dimana Aceh masih menjadi bagian NKRI hingga saat ini, itulah karena adanya keistimewaan yang diberikan dalam perjanjian perdamaian waktu itu. Kita bisa melihat disini bagaimana konflik sosial yang ada berdampak positif bagi tatanan sosial kemasyarakatan.
Kedua, konflik sosial yang terjadi di partai politik. Konflik internal yang sering terjadi pada setiap partai, bisa memberikan dampak positif bagi keberlangsungan eksistensi adanya partai politik tersebut.
Misalnya baru-baru ini konflik yang terjadi di tubuh Partai Demokrat (Partai berlambang Mercy di Indonesia), yang mana adanya konflik yang diduga akan mengkudeta Ketum AHY oleh oknum yang ada.
Ketiga, konflik sosial yang terjadi di Papua. Konflik yang terjadi di Papua yang mana adanya gerakan papua merdeka atau orang sering mengenal nya dengan organisasi papua merdeka (OPM).
Gerakan yang memicu konflik sosial, dimana gerakan ini ingin memisahkan diri dari Indonesia. Dengan adanya konflik ini, membuat pemerintah Indonesia dan masyarakat Indonesia tidak ingin melepaskan Papua dari NKRI.
Dengan demikian, langkah-langkah pendekatan dan perhatian serius pemerintah untuk kemajuan papua terus dilakukan, pembagian pendapatan dan program-program pembangunan sudah mulai dilakukan untuk masyarakat Papua.
Tujuannya agar ketimpangan yang selama ini mencuat, dapat diredam sehingga Papua tidak memisahkan diri dari Indonesia. Konflik sosial ini pun memberikan dampak positif bagi keberlangsungan tatanan sosial kemasyarakatan.
Munculnya simpati dan empati antar masyarakat yang berada diluar pulau papua, bisa merasakan bagaimana ketidakadilan yang selama ini menimpa masyarakat Papua.
Keempat, konflik sosial perbatasan Indonesia - Malaysia. Konflik perbatasan ini memang sangat rentan, membuat perpecahan antar negara.
Namun, dengan adanya konflik perbatasan ini dapat dilakukan upaya-upaya pencegahan, yaitu seperti melakukan kesepakatan batas wilayah antar kedua negara.
Dengan demikian, konflik yang terjadi ini tentunya dapat memberikan dampak positif bagi kedua negara untuk selalu saling menghormati dan menghargai serta menjaga persatuand dan kesatuan antar negara.
Berita bacaan :
1.https://nasional.okezone.com/read/2019/11/16/337/2130787/2-sengketa-wilayah-perbatasan-indonesia-malaysia-selesai-pekan-depan
2.https://www.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-01299838/indonesia-dan-malaysia-percepat-penyelesaian-masalah-perbatasan-428213
3.https://www.cnnindonesia.com/nasional/20191116140505-20-448915/tiga-masalah-ri-malaysia-versi-tni-soal-perbatasan
Kelima, konflik sosial perihal klaim kebudayaan antara Indonesia - Malaysia. Nah, memang klaim kebudayaan yang sempat terjadi antar Indonesia dan Malaysia, seperti perihal batik, tarian, serta klaim lainnya.
Tentunya, dengan adanya klaim atau konflik itu membuat Indonesia bersikap untuk mengajukan kebudayaan yang memang menjadi kepunyaan Indonesia untuk mendaftarkan ke UNESCO agar tidak adalagi saling klaim kebudayaan antar negara.
Berita bacaan :
1.https://www.liputan6.com/citizen6/read/2156339/8-warisan-budaya-indonesia-yang-pernah-diklaim-malaysia
2.https://fotokita.grid.id/read/112201730/dari-dulu-senang-klaim-warisan-budaya-indonesia-tiba-tiba-malaysia-mencak-mencak-begitu-tahu-kebudayaan-mereka-didaftarkan-negara-tetangganya-jadi-contoh-karma-?page=all
3.https://binus.ac.id/character-building/2020/05/identitas-nasional-ditengah-kondisi-pengklaiman-budaya-asli-indonesia-oleh-negara-asing-2/
4.https://www.viva.co.id/berita/nasional/963413-kuda-lumping-diklaim-malaysia-begini-sikap-mendikbud?page=all&utm_medium=all-page
Nah, itulah beberapa konflik-konflik sosial yang terjadi dilingkungan masyarakat, baik antar individu, antar kelompok, maupun yang lebih luas antar negara.
Konflik sosial yang terjadi dalam masyarakat tidak selamanya akan menjadi negatif, konflik sosial bisa juga bersifat positif untuk keberlangsungan struktur atau tatanan sosial kemasyarakatan.
Keterangan Foto : Ilustrasi kostum Kuda Lumping yang sempat di klaim oleh Malaysia sebagai kebudayaannya. Padahal kostum bernuansa Kuda Lumping punya ciri khas Kebudayaan Indonesia.