Memahami Hegemoni sebagai Praktik Kepemimpinan Budaya Menurut Antonio Gramsci
Sosiologi Info - Lahirnya pemikiran Gramsci tentang Hegemoni tidak terlepas dari pengalaman dan riwayat hidupnya sebagai seorang sosialis, dan juga pemikir dan tokoh besar di kalangan intelektual kaum kiri.
Hegemoni dalam pengertian Gramsci ialah sebuah organisasi konsensus dimana ketertundukan diperoleh melalui penguasaan ideologi dari kelas yang menghegemoni.
"Masyarakat dapat dan seharusnya mengontrol sejarah melalui tindakan-tindakan politik konkret untuk mencapai perubahan-perubahan yang diinginkan. Masyarakat perlu mengetahui situasi ekonomi, politik, dan militer sebelum memulai gerakan yang sia-sia," kata Gramsci, pada kritiknya terhadap Croce.
Sekilas mengenal Antonio Gramsci. Sebagai tokoh neo-Marxis, Antonio Gramsci lahir pada 22 Januari 1891 di Ales, Provinsi Cagliari, Sardinia, Italia.
Masa-masa sulit yang harus dilewati oleh Gramsci, ketika ayahnya dipenjara selama lima tahun karena menjadi korban dari kultur politik yang serba korupsi pada saat itu.
Walaupun berada pada masa sulit, Gramsci selalu berusaha untuk memenuhi pendidikannya. Gramsci tak mau menyerah dengan kondisi tersebut, Ia belajar sendiri dan kadang belajar kembali kesekolah.
Gramsci dikenal sebagai murid yang cerdas. Nilai rapornya bagus pada semua mata pelajaran. Kemudian, Gramsci melanjutkan pendidikan ke Santu Lussurgiu.
Setelah menyelesaikan sekolah menengah pertama di Dettori Lyceum, Cagliari. Pada saat itulah, untuk pertama kalinya Gramsci menjalin komunikasi dengan organisasi buruh dan politisi sosialis dan radikal.
Kehidupan Gramsci yang sangat penting yaitu pada tahun 1911, Ia diterima untuk kuliah di The University of Turin. Gramsci mendapatkan beasiswa dari Provinsi bekas kerajaan Sardina.
Gramsci berkembang pesat menjadi orang yang mempunyai masa depan cemerlang di bidang akademik. Gramsci aktif menjadi anggota Partai Sosialis Italia (PSI).
Pada tahun 1915, Gramsci menjadi seorang jurnalis dengan menyuarakan pikiran-pikiran kritisnya.
Gramsci sebagai penerus pemikiran Marxisme. Sekilas tentang Gramsci diatas, dimana kehidupan yang dilalui penuh dengan tantangan dan pengalaman berharga, sehingga membuatnya kaya akan pemikiran yang visioner.
Gramsci yang memperjuangkan dan membela rakyat pada saat itu, bagi Althusser mengatakan bahwa Gramsci yang sungguh-sungguh sebagai penerus pemikiran Marxisme.
Menurut Althusser, Ia tertarik dengan pemikiran Gramsci yang eksploratif terhadap pemikiran Karl Marx. Althusser menyebut karya dan pemikiran Gramsci tentang Hegemoni yang membuatnya tertarik dan mengakui pemikiran Gramsci.
Gramsci hidup pada masa kehancuran revolusi sosial di Eropa Barat tahun 1918-1823. Ia juga menyaksikan organisasi buruh dan gerakan sosialis dihancurkan oleh Fasisme pada tahun 1922-1937.
Gramsci melihat sendiri betapa kuatnya komitmen sebagian besar masyarakat untuk menegakkan negara modern, kendati tengah menghadapi krisis, dan ketika mareka kehilangan harapan di dalamnya.
Anehnya masyarakat pada saat itu merasa memperoleh solusi dalam Fasisme dan bukan dalam rezim Sosialisme.
Pada tahun 1911, Gramsci menulis artikel tentang korban kekerasan dan pelaku kekerasan, Ia mengamati betapa kekuasaan telah membangkitkan nafsu kuasa yang membawa manusia pada kekerasan.
Mereka (para penguasa) menjadi Hipokrit, dengan mengatakan ambisi kekuasaannya untuk membangun peradaban, padahal sebenarnya melakukan tindakan yang menghancurkan peradaban itu sendiri.
Mereka (para penguasa) tentu tidak mengatakan "saya mau berkuasa, untuk menghancurkan," tetapi Mereka selalu mengatakan "saya ingin berkuasa, untuk membangun peradaban."
Mereka yang tidak berkuasa diliputi rasa iri dengan mengharap dan menunggu memperoleh kesempatan untuk kemudian, bukan untuk melakukan hal yang lebih baik, melainkan melakukan hal yang sebenarnya sama saja.
Gramsci menuliskan :
But men, who by their very nature are hypocritical and false. Do not say outright : "I wish to conquer in order to destroy," but say instead : "I wish to conquer in order to civilize." And the rest of mankind, who envy the victor, but await their tum to do the same, make a show of believing in it and affer their praises.
Memahami pemikiran Antonio Gramsci tentang Hegemoni. Semua orang boleh bermimpi, Gramsci sebagai seseorang sosialis, mempunyai mimpi adanya masyarakat tanpa kelas.
Dimana kaum pekerja tidak lagi dieksploitasi dan didominasi oleh kaum borjuis, Gramsci pun mempertanyakan bagaimana cara melahirkan masyarakat Sosialis yang bebas dari dominasi dan eksploitasi.
Kegagalan yang dilakukan kaum pekerja dalam menumbangkan kaum borjuis di Italia, justru dibarengi dengan menguatnya kekuatan fasisme. Gramsci, bertanya mengapa masyarakat Italia justru mendukung fasisme dan bukannya Sosialisme ?
Mengapa di Italia pada waktu itu, pihak yang berkuasa, baik negara maupun kaum borjuis mampu mendapatkan konsensus atas kekuasaannya terhadap mayoritas masyarakat ?
Nah, dari beberapa pertanyaan diatas, membuat Gramsci melahirkan pemikiran tentang Hegemoni.
Lahirnya pemikiran Gramsci tentang Hegemoni tidak terlepas dari pengalaman dan riwayat hidupnya sebagai seorang sosialis, dan juga pemikir dan tokoh besar di kalangan intelektual kaum kiri.
Gramsci mengakui ada keteraturan sejarah, tetapi ia tidak berjalan secara otomatis dan bukan tak terelakkan. Perkembangan sejarah terjadi karena tumbuh kesadaran massa terhadap situasi dan sistem yang dihadapi.
Oleh karena itu, massa harus bergerak untuk melakukan revolusi dam hal ini bisa terjadi jika massa memiliki kesadaran terhadap realitas atau sistem yang dihadapi.
Tekanan struktural terutama ekonomi memang diakui ada, tetapi Ia bukan penyebab massa bangkit untuk membangun revolusi, dalam hal ini yang dibutuhkan revolusi ideologi.
Menurut Gramsci, revolusi ideologi tak akan muncul dan datang dari massa. Revolusi ideologi harus didorong oleh kelas intelektual yang sadar.
Gramsci mengatakan massa pada dasarnya tidak memiliki apa yang ia sebut dengan Self-Consciousness.
Namun, kata Gramsci walaupun massa mendapatkan dan memperoleh dorongan dari ide elite, dimana massa ini diyakini Gramsci akan memungutnya dan menjadikannya sebagai dasar melakukan gerakan revolusi.
Gramsci mengatakan dalam analisisnya menunjukkan bahwa formasi sosial kapitalistik yang eksploitatif dan penindasan politik rezim fasisme Mussolini tidak secara otomatis melahirkan revolusi sosial.
Menurutnya, bahkan memunculkan gejala menguatnya de-ploletarisasi, dimana kaum pekerja rela menerima penderitaan, bahkan mendukung keberadaan rezim Mussolini.
Kata Gramsci tentang Hegemoni bahwa suatu kelas dan anggotanya menjalankan kekuasaan terhadap kelas-kelas dibawahnya dengan cara kekerasan dan persuasi.
Hegemoni dalam pengertian Gramsci ialah sebuah organisasi konsensus dimana ketertundukan diperoleh melalui penguasaan ideologi dari kelas yang menghegemoni.
Hegemoni ini bukan hubungan dominasi dengan menggunakan kekuasaan, tetapi hubungan persetujuan dengan menggunakan kepemimpinan politik dan ideologis.
Gramsci mengungkapkan kata kunci Hegemoni yaitu sebuah sistem pemerintahan suatu negara yang didasarkan kepada pembentukan atau pembinaan konsensus melalui kepemimpinan budaya.
Ia menegaskan bahwa hegemoni hanya bisa dilakukan oleh kelas yang dominan secara ekonomi. Hegemoni yang Gramsci sebutkan sebagai praktik kepemimpinan budaya yang dilakukan oleh ruling klas (Elite), yang menjadi isi dari filsafat praxis.
Sebenarnya, konsep Hegemoni yang Gramsci tulis dapat dilihat dari penjelasannya tentang basis dari supremasi klas.
Supremasi sebuah kelompok mewujudkan diri dalam dua cara sebagai dominasi dan sebagai kepemimpinan intelektual dan moral.
Di satu pihak, sebuah kelompok sosial mendominasi kelompok-kelompok oposisi untuk menghancurkan atau menundukkan mereka, bahkan mungkin dengan menggunakan kekuatan bersenjata.
Di lain pihak, kelompok sosial memimpin kelompok-kelompok kerabat dan sekutu mereka. Sebuah kelompok sosial dapat dan bahkan harus sudah menerapkan kepemimpinan sebelum memenangkan kekuasaan pemerintahan.
Kepemimpinan tersebut merupakan salah satu dari syarat-syarat utama untuk memenangkan kekuasaan semacam itu.
Kelompok sosial tersebut, kemudian menajdi dominan ketika dia mempraktekan kekuasaan, tapi bahkan bila Ia telah memegang kekuasaan penuh ditangannya, dia masih harus terus memimpin juga.
Menurut Gramsci, kelas sosial akan memperoleh keunggulan (supremasi) melalui dua cara yaitu cara dominasi atau paksaan (coercion).
Kedua, adalah cara melalui kepemimpinan intelektual dan moral. Nah, cara yang terakhir inilah yang disebut oleh Gramsci sebagai Hegemoni.
Perubahan tidak ditempuh melalui praktik paksaan atau coercion yang menggunakan kekuasaan eksekutif dan legislatif atau intervensi yang dilakukan polisi, melainkan menggunakan ideologi.
Praktik hegemoni yang disampaikan oleh Gramsci dilakukan secara terus menerus terhadap kekuatan oposisi untuk mau memilih sikap konformistik, sehingga menimbulkan disiplin diri untuk menyesuaikan dengan norma-norma yang diputuskan oleh negara.
Dengan keyakinan bahwa apa yang telah diputuskan oleh negara merupakan cara terbaik untuk survive dan meraih kesejahteraan.
Hegemoni adalah sebuah rantai kemenangan yang didapat melalui mekanisme konsensus ketimbang melalui penindasan terhadap kelas sosial lainnya.
Nah, untuk itu ada beberapa cara seperti melalui cara institusi yang ada pada masyarakat, baik secara langsung atau tidak langsung.
Dengan demikian, pada hakikatnya Hegemoni adalah cara dan upaya untuk dapat menggiring orang atau masyarakat agar menilai dan memandang problematika sosial dalam kerangka yang ditentukan.
Nantikan artikel kedua edisi khusus Pemikiran Antonio Gramsci.
Nah, itulah ringkasan tentang Hegemoni dalam perspektif Antonio Gramsci. Kemudian, untuk lebih lengkapnya saya harap kawan-kawan membaca ulang beberapa referensi buku dan jurnal yang ada dibawah ini ya.