Memahami Pemikiran Karl Marx Materialisme Historis dan Contoh Fenomena Sosialnya
Sosiologi Info - Sekilas materialisme historis adalah pandangan sejarah dialektik dalam proses kerja dan laju perkembangan ekonomi yang dikembangkan oleh tokoh Karl Marx dan Friedrich Engels.
Dalam pandangan ini, bukan kesadaran manusia yang menentukan keadaan mereka (manusia), tapi keadaan sosial lah yang menentukan kesadaran manusia. Keadaan sosial manusia merupakan produksinya.
Baca selengkapnya : Materialisme Historis
Fenomena sosial kemasyarakatan. Beberapa waktu belakangan ini, masyarakat dibuat terkejut oleh sebuah foto yang beredar di sosial media. Postingan tersebut menampilkan sebuah pemandangan yang terkesan mengandung adanya sisi negatif.
Terlihat Seekor Komodo yang berhadapan dengan sebuah truk bermuatan yang seolah Komodo sedang menghalangi truck untuk tidak melintasi area tersebut. Berbagai pro dan kontra mencuat di kalangan masyarakat.
Baca Juga : https://www.mongabay.co.id/2020/10/28/pemerintah-lakukan-berbagai-pembangunan-di-tn-komodo-bagaimana-dampaknya/
Ketegangan di masyarakat tidak bisa dihindarkan, tak menutup kemungkinan persoalan ini akan memunculkan suatu konflik dalam masyarakat merespon pembangunan di Pulau Komodo, baik respon dalam melihat dampaknya maupun melihat alasan serta tujuan perencanaan pembangunan tersebut.
Baca Juga : https://www.merdeka.com/khas/terancam-proyek-geopark-pulau-komodo.html
Suatu realitas sosial yang ada saat ini, dapat dilihat bahwa upaya pemerintah dalam perencanaan pembangunan taman wisata di Pulau Komodo atau Pulau Rinca sedang gencar dilakukan, meskipun masyarakat sekitar Pulau Komodo menolak perencanaan tersebut sudah sejak lama.
Baca Juga : https://bisnis.tempo.co/read/1399983/lika-liku-perjalanan-warga-menolak-proyek-jurassic-park-tn-komodo-di-labuan-bajo
Akan tetapi pemerintah sama sekali tak mengurungkan niatnya dan tetap melakuan pembangunan di pulau komodo tersebut dimana yang notabene adalah habitat asli atau tempat tinggal dari hewan komodo, hewan endemik asli Indonesia yang saat ini populasinya sudah terbilang langka.
Baca Juga : https://properti.kompas.com/read/2020/10/26/172337021/jurassic-park-penolakan-warga-dan-upaya-perlindungan-habitat-komodo?page=all
Inilah yang menjadi satu pokok mengenai respon masyarakat terhadap perencanaan pemerintah dalam pembangunan taman wisata disana yang juga mengusung konsep “Jurassic Park”.
Adapun alasan lain dalam dipercepatnya pembangunan di pulau kommodo tersebut memiliki keterkaitan dengan persiapan Indonesia sebagai tuan rumah digelarnya KTT G20 pada tahun 2023 yang juga bertempatan di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
Materialisme Historis Marx. Persepektif Sosiologi memandang realitas sosial dalam satu hal ini perencanaan pembangunan taman wisata di Pulau Komodo memiliki keterkaitan dengan pemikiran Marx.
Dimana pada materialisme historis Marx, kebutuhan material antar kelas adalah hasil yang paling utama dalam awal mula kegiatan manusia guna memenuhi kebutuhan.
Untuk itu dalam pembangunan di Pulau Komodo yang ditolak oleh sebagian masyarakat sekarang ini ialah bentuk dari pengorganisasian mode produksi pemikiran Marx yang berasaskan Kelas dalam materialisme historis.
Pembangunan di Pulau Komodo yang sangat kontra dengan masyarakat adalah cara Kapitalis sebagai mode produksi untuk mengambil sebuah keuntungan, dimana bidang status dan kekuasaan politik sebagai potensi konflik permasalahan tersebut terjadi.
Dalam hal ini pemerintah telah menunjukkan bahwa sebagai kelas elit atau kelas atas melakukan suatu produksi kapitalis dengan cara mengeksploitasi tanah habitat hewan langka spesies Varanus Komodoensis atau yang masyarakat umum sebut Komodo.
Demi kepentingan sepihak tanpa mempertimbangkan dampaknya, baik dampak terhadap lingkungan habitat komodo tinggal dan sekitar maupun dampak kepada hewan komodo itu sendiri.
Penolakan masyarakat ini didasarkan pada pembagian masyarakat berasaskan kelas dimana dengan ketidakpunyaan atas kepemilikan suatu alat produksi atau sebagai peran kelas bawah.
Maka tidak memungkinkan untuk sebuah penolakan atau ketidaksetujuan dapat diterima begitu saja oleh kelas elit/atas diposisi kekuasaan sebagai pemilik alat produksi.
Ini dalam persepetif Karl Marx sistem kapitalis kelas bawah/proletar dengan paksa melaksanakan pekerjaan yang tidak memungkinkan untuk mengembangkan suatu pribadi kelas bawah/proletar sebagai manusia.
Untuk itu penolakan pembangunan dipulau Komodo telah menimbulkan Konflik pada kelas-kelas masyarakat diIndonesia. Masyarakat menolak pembangunan yang direncanakan sebagai tempat wisata superpremium oleh pemerintah.
Karena ini akan sangat berpengaruh besar bagi pasar saham yang nantinya akan menanamkan saham atau berinvestasi dalam proyek pembangunan ini, para kapitalis baik dari negara sendiri maupun luar negara serta pihak swasta.
Dengan mudah mengeksploitasi sebuah peruntungan pada terciptanya pembangunan taman wisata di wilayah pulau Komodo yang berkonsep Jurassic Park, tentu keuntungan tersebut sama sekali tidak menguntungkan masyarakat khususnya masyarakat yang tinggal atau berada di daerah pulau Komodo.
Pemerintah atau kelas elit sebagai pemilik alat produksi dalam upaya pembangunan di pulau komodo dengan perencanaannya telah menyiapkan sejumlah alat bagi pekerja pada tempat membangun taman wisata.
Adanya alat-alat tersebut dapat mengganggu masyarakat di lingkungan sekitar pulau maupun ketidaknyamanan bagi habitat Komodo.
Belum lagi nasib bagi para pekerja dalam melakukan pembangunan yang juga berperan sebagai kelas proletar yang mana buka pemilik kekayaan ataupun alat produksi melainkan hanya penerima upah yang dibayarkan sebagai pekerja yang menghasilkan suatu produktivitas.
Ini sama saja akan merusak adanya hubungan ekologi manusia yang ada disana. Perspektif Marx dari penolakan masyarakat itulah dalam hubungannya antar kelas merupakan hubungan suatu Konflik.
Dimana hubungan antara masyarakat dan pemerintah sebagai kelas elite tidak stabil karena saling bertentangan. Masyarakat menginginkan untuk tidak adanya suatu pembangunan agar habitat hewan Komodo tetap terjaga kelestariannya.
Dengan mempertahankan kealamian lingkungan, sedangkan pemerintah sebagai kelas elit menginginkan adanya pembangunan taman wisata yang superpremium dengan berdalih mengembangkan infrastruktur pariwasata yang ada disana.
Dalam pertentangan ini hanya kelompok elite yang memiliki kepentingan ekonomi sebagai salah satu kebutuhan politik, untuk meraih keberhasilan guna mendapatkan peruntungan dari keberhasilan mengeksploitasi tanah pulau Komodo.
Penolakan yang dilakukan masyarakat pada pembangunan dipulau Komodo kepada pemerintah ini hanya sebagai cara masyarakat dalam berupaya untuk menghalau kapitalisme yang berusaha mengkeploitasi habitat asli hewan Komodo sebagai hewan endemik asli Indonesia.
Namun sulit jika dalam suatu kapitalisme pemikiran Marx hubungan antar kelas tidak adanya hubungan suatu Konflik, karena jika tidak maka sistem kapitalisme ini tidak akan bekerja.
Selain itu kelas elite juga pastinya memiliki disiplin sosial sendiri dalam menghasilkan dan mempertahankan apa yang telah dirancangkan sebagai kelas yang paling dominan.
Untuk itu pembangunan di Pulau Komodo sebagai bentuk kapitalisme tidak mudah atau bahkan tidak mungkin untuk dibatalkan meski masyarakat menolak karena pemerintah sebagai kelas elite akan melaksanakan peraturan biarpun terkesan dipaksakan.
Penulis Esai : Ema Parwanti | Asal Kampus/Jurusan : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung/Sosiologi Agama
Sumber Rujukan :
1. Buku Pip Jones : “Pengantar Teori-teori Sosial Dari Teori Fungsionalisme hingga post-modernisme".
2. Buku Nurani Soyomukti : “Pengantar Sosiologi Dasar Analisis, Teori, Dan Pendekatan Menuju Analisis Masalah-Masalah Sosial, Perubahan Sosial, & Kajian-Kajian Strategis”.
Sumber dari internet :
1. https://id.wikipedia.org/
Sumber foto :
1. https://www.instagram.com/gregoriusafioma/