3+ Kemungkinan Mas Gibran Bisa Kalah Pilkada Kota Solo
Kemungkinan Pertama, yang membuat Mas Gibran kalah pada kontestasi politik di Pilkada Kota Surakarta yaitu Malas Belajar.
Sosiologi Info - Kemungkinan Pertama, yang membuat Mas Gibran kalah pada kontestasi politik di Pilkada Kota Surakarta yaitu Malas Belajar. Yuk simak ulasannya berikut ini.
"Satu-satunya jalan di dunia ini untuk mempengaruhi orang lain adalah dengan jalan membicarakan tentang apa yang mereka inginkan, dan menunjukkan jalan bagaimana mereka bisa memperolehnya," Dale Carnegie
Mas Gibran. Belakangan ini kita sering mendengar. Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Jokowi. Namanya menjadi buah bibir sebagian masyarakat.
Bagaimana tidak, Mas Gibran yang dari awal tidak menunjukkan sikap untuk terjun dalam politik, eh tiba-tiba mencari jalan pintas untuk bisa mencalonkan sebagai Calon Walikota Solo (Calwakot) pada Pilkada Kota Surakarta 2020.
Kata sebagian orang, Mas Gibran sedang membangun dinasti politik keluarganya (Pak Jokowi). Ya, boleh saja masyarakat berpikir demikian, karena Pak Jokowi kan masih menjabat sebagai Presiden.
Nah, tapi saya tidak akan membahas itu secara mendalam, saya jadi ingat salah satu buku yang pernah saya baca sewaktu SMA dengan judul Berpolitik dengan Biaya Murah oleh Ruslan Ismail Mage.
Saya jadi tertarik untuk membahas kemungkinan Mas Gibran bisa saja kalah pada kompetisi Pilkada Kota Surakarta 2020 mendatang.
Memang sih lawannya Mas Gibran tak sebanding dengan para pendukungnya Mas Gibran dari 5 partai yaitu PDIP, Golkar, Gerindra, PAN, dan PSI.
Lawannya memang dari jalur independen, yaitu Bagyo Wahyono dan FX Supardjo atau Bajo. Selengkapnya kamu bisa baca dibawah ini :
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200806100838-32-532725/peluang-lawan-gibran-di-pilkada-solo-2020
Apa saja kemungkinan yang membuat Mas Gibran kalah ? Simak ulasannya berikut ini.
Kemungkinan Pertama, yang membuat Mas Gibran kalah pada kontestasi politik di Pilkada Kota Surakarta yaitu Malas Belajar. Apakah Mas Gibran Malas Belajar ?
Kemunculan Mas Gibran dalam pencalonan dirinya seakan mendadak, sehingga proses yang seharunya dilewatkan secara bertahap, sekarang tak lagi bertahap.
Seperti, pencalonan Mas Gibran yang ia lakukan langsung mencari jalan pintas menemui Ketua Umum PDIP yaitu Megawati Soekarnoputri.
Kalau kita lihat, dalam proses pencalonan lewat partai kan biasanya melalui banyak tahap, mulai dari proses rekrutment, seleksi berkas, menjadi anggota partai, dan lainnya.
Disinilah, mungkin bisa jadi kesalahannya Mas Gibran, masyarakat melihat proses dari awal yang tidak konsisten.
Kemungkinan Kedua, yang membuat Mas Gibran kalah pada kontestasi politik di Pilkada Kota Surakarta yaitu Mengabaikan Hukum Proses.
Sudah terbiasa menjadi pengusaha mungkin saja akan memudahkan Mas Gibran dalam menyusun rencana untuk berdagang.
Lalu, bagaimana Mas Gibran membiasakan diri, membangun rutinitas sehari-harinya dalam dunia politik, menarik minat suara pemilih, dan lainnya.
Berkompetisi dalam pertarungan politik tidaklah mudah, ada saja kejutan yang akan kita saksikan.
Penting memang, untuk menjadi aktor sosial dalam dunia politik, tidaklah saat mendekati masa kampanye atau pemilihan saja mendekati masyarakat.
Kemungkinan Ketiga, yang membuat Mas Gibran kalah kontestasi politik di Pilkada Kota Solo, yaitu Tidak mengenal Karakter Pemilih.
Sebelumnya Mas Gibran tidak menaruh minat pada dunia politik. Namun, tiba saja Mas Gibran mengatakan berminat dan malah maju dalam Pilkada Solo 2020 ini, sebuah kejutan.
Memang dalam dunia politik, ada yang sudah membaca dan memberikan data pemilih yang bisa diolah sebagai lumbung suara.
Namun, itu semua juga tak cukup, dalam dunia politik apa saja bisa terjadi, dalam hitungan detik semua bisa berubah.
Nah, disinilah Mas Gibran bisa saja ceroboh, kita lihat saja besok pada saat pengumuman pemenang Pilkada Solo.
Kemungkinan Keempat, yang membuat Mas Gibran kalah kontestasi politik di Pilkada Kota Solo, yaitu Menganggap Bodoh Rakyat.
Kenapa politisi malas belajar, mengabaikan hukum proses, dan tidak mau memahami karakter pemilih ? Karena politisi menganggap bodoh rakyatnya.
Mungkin saja, jika Mas Gibran kalah pada Pilkada Kota Solo 2020, salah satu penyebabnya yah karena kata-katanya yang tidak konsisten.
Dari awal mengatakan tidak akan terlibat dalam waktu dekat dengan dunia politik, tapi malah sebaliknya. Ketidak konsistenan inilah yang masyarakat lihat tidak baik.
Kemungkinan Kelima, yang membuat Mas Gibran kalah kontestasi politik di Pilkada Kota Solo, yaitu Mengabaikan Metode Investasi Politik.
Politisi yang sudah menjadi aktor sosial akan paham betul bagaimana ia memulai untuk berinvestasi suara.
Politisi tidaklah orang yang tiba-tiba muncul dalam lingkungan masyarakat untuk memintak dukungan suara, melainkan ia yang sudah menjadi aktor sosial cukup lama.
Yah bisa saja kan, kalahnya Mas Gibran pada Pilkada Kota Solo 2020 ini adalah karena tidak memahami metode berinvestasi politik.
Popularitas Pak Jokowi, Bisakah Memenangkan Mas Gibran. Di periode pertama mungkin menjadi waktu yang tepat untuk Pak Jokowi dalam mendapatkan dukungan masyarakat, tak terkecuali di Solo.
Apalagi perolehan suara pada Pilpres 2019 mencapai angka 82% an, dengan suara ini mungkin saja menjadi modal untuk Gibran menaikan popularitasnya.
Kita lihat saja, pada Pilkada Solo 2020 mendatang, siapakah yang akan memimpin Kota Solo 5 tahun mendatang.
Sekilas ya kawan-kawan ulasan singkat saya, karena kebetulan saya ingat bahan tulisan yang pernah saya baca dulu, yah untuk merefleksikan kembali.
Memang sih, ulasan dalam buku ini tentang Caleg, tapi saya kira bisa juga digunakan untuk menuliskan kemungkinan Mas Gibran bisa saja kalah pada Pilkada Solo 2020 mendatang.
Sumber referensi yang bisa kamu baca : Buku Berjudul Berpolitik dengan Biaya Murah oleh Ruslan Ismail Mage
Sumber foto Mas Gibran : https://cirebon.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-04617405/merasa-dipermalukan-dengan-gibran-maju-pilkada-2020-dpc-solo-beri-perlawanan-pada-dpp-pdip