Pengertian dan Enam Teori dalam Paradigma Definisi Sosial
Menurut paradigma definisi sosial, proses aksi dan interaksi yang bersumber pada kemauan individu itulah yang menjadi pokok persoalan dari paradigma ini.
Sosiologi Info – Paradigma definisi sosial merupakan
salah satu dari tiga paradigma yang ada dalam sosiologi, yaitu Paradigma Fakta
Sosial, Definisi Sosial, dan Perilaku Sosial.
Sekilas Paradigma Definisi Sosial. Dengan memahami dan mengetahui teori yang ada dalam
paradigma sosiologi, kita akan mengetahui dijalur mana penelitian kita, apakah
masuk dalam ke fakta sosial, definisi sosial atau perilaku sosial.
Tiga pondasi
dasar yang kita harus ketahui sebagai mahasiswa sosiologi, paradigma yang sudah
ada diatas menjadi modal penting bagi sosiolog dalam memahami bagaimana alur
penelitian yang akan dilaksanakan.
Mari kita
ketahui bagaimana paradigma definisi sosial ini dalam pengertian dan
teori-teori apa saja yang masuk ke dalam definisi sosial. Paradigma definisi
sosial dapat kita lihat dari hasil proses berpikir manusia itu sendiri sebagai
individu yang ada.
Individu yang
dilihat dapat merancang dan mendefinisikan makna serta interaksi sosial, yang
mana dilihat sebagai pelaku tindakan yang bebas, tetapi tetap bertanggungjawab
terhadap tindakan tersebut.
Dalam bertindak
dan berinteraksi dimana seseorang tetap dibawah pengaruh bayang-bayang struktur
sosial dan pranata yang ada dalam masyarakat. Fokus pada paradigma definisi
sosial tetap pada individu dengan tindakannya tersebut.
Menurut
paradigma definisi sosial, proses aksi dan interaksi yang bersumber pada
kemauan individu itulah yang menjadi pokok persoalan dari paradigma ini.
Paradigma definisi sosial, memandang, bahwa hakikat dari realitas sosial itu
(dalam banyak hal) yang mana lebih bersifat subjektif dibandingkan objektif
meyangkut keinginan dan tindakan individual.
Realitas sosial
itu lebih didasarkan kepada definisi subjektif dari pelaku-pelaku individual
yang ada. Menurut paradigma definisi sosial, tindakan sosial tidak pertama-tama
menunjuk kepada struktur sosial, tetapi sebaliknya, bahwa struktur sosial
merujuk pada agregat definisi (makna tindakan) yang telah dilakukan oleh individu-individu
anggota masyarakat tersebut.
Teori yang ada dalam Paradigma Definisi Sosial. Ada beberapa tokoh dan teori yang masuk dalam
paradigma definisi sosial. Mungkin beberapa nama ini tidak asing lagi bagi kita
sebagai mahasiswa sosiologi yang sangat sering membaca dan mengetahui tokoh
berikut ini.
Pertama, Max Weber menjadi tokoh yang paling populer
dalam paradigma definisi sosial.
Weber memperkenalkan analisisnya tentang tindakan sosial atau social action. Yang mana Weber
menuliskan pada hasil tesisnya bahwa suatu tindakan manusia itu penuh dengan
arti.
Menurut Weber
setiap tindakan itu mengandung makna yang mendalam dari seseorang yang
melakukannya. (Kamu bisa membaca tentang teori tindakan sosial Max Weber
berikut ini Tindakan Sosial Weber)
Itulah gambaran
singkat yang bisa saya sampaikan mengenai teori social action atau tindakan
sosial yang dipopulerkan oleh Weber, saya harapkan kawan-kawan dapat membaca
ulang lagi secara lengkap dan rinci lagi mengenai teori tindakan sosial yang
disampaikan oleh Weber, agar penelitian kawan-kawan dapat dipahami dengan
menggunakan teori dan metode yang benar.
Kedua, ada nama Peter L Berger dan Thomas Luckman
yaitu tentang teori konstruksi.
Seorang sosiolog yang lahir pada 17 Maret 1929 di Italia, dengan bernama
lengkap Peter Ludwig Berger. Berger besar dan tumbuh dewasa di Wina, lalu
setelah perang dunia ke II berakhir, Berger bermigrasi ke Amerika Serikat, dan
akhirnya dikenal sebagai seorang ahli sosiologi pengetahuan.
Tahun 1962,
hasil penelitiannya yang bekerjasama dengan Thomas Luckman, berhasil menulis
buku yang berjudul Social Construction of Reality, A Treatise in The Sociology
of Knowledge.
Berger dan
Luckman melihat masyarakat sebagai sebuah proses yang berlangsung dalam tiga momen
dialektis, yaitu eksternalisasi, objektifikasi, dan internalisasi. Terkait
dengan persoalan legitiminasi yang berdimensi kognitif dan normatif. Inilah yang
kemudian mereka sebut sebagai realitas sosial.
Berger
menyatakan bahwa proses itu sebagai suatu konstruksi sosial masyarakat dalam
sejarah perjalanan dimasa kini dan masa mendatang. Berger juga banyak memadukan
berbagai banyak perspektif dari mazab dan teori sosiologi, dengan memusatkan
pada suatu aspek dengan aspek lainnya.
Dengan demikian dapat menjadi satu konstruksi
teoritis yang memadai. Penjelasan yang
dihasilkan ternyata mampu menunjukkan hakikat masyarakat yang bercorak
pluralis, dinamis, dan kompleks.
Itulah ulasan
singkat yang menjadikan gambaran kepada kita mengenai teori kedua yang masuk
dalam paradigma definisi sosial dalam paradigma sosiologi. Saya harapkan
kawan-kawan dapat membaca lebih lengkap lagi mengenai teori konstruksi, apabila
penelitian yang hendak kawan-kawan lakukan dengan menggunakan teori konstruksi
tersebut.
Ketiga, ada George Herbert Mead dan Herbert Blumer
tentang teori interaksi simbolik. Teori
ini sudah lebih dulu dikenalkan oleh George Herbert Mead, tetapi dalam
perkembangannya dimodifikasi oleh Herbert Blumer. Pada sekitar tahun 1939 teori
interaksi simbolik diperkenalkan oleh Herbert Blumer.
Karakteristik
dasar pada teori interaksi simbolik terletak pada, pertama, hubungan yang
terjadi secara alami antara manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat
dengan individu. Kedua, Interaksi yang terjadi antar individu berkembang
melalui simbol-simbol yang mereka ciptakan.
Ketiga, Realitas sosial yang
merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi pada beberapa individu dalam
masyarakat. Keempat, Interaksi yang dilakukan antar individu itu berlangsung
secara sadar.
Kelima, Interaksi simbolik juga berkaitan dengan gerak tubuh,
seperti vokal atau suara, gerak fisik tubuh, serta ekspresi tubuh, yang mana
semuanya itu mempunyai maksud dan tujuan, itulah kita sebut sebagai Simbol.
Itulah gambaran
dan ulasan singkat yang saya sampaikan, harapan saya agar kawan-kawan dapat
membaca lebih lengkap lagi mengenai teori ketiga yang masuk dalam paradigma
definisi sosial, sehingga penelitian yang akan kawan-kawan lakukan bisa
dipahami dengan menggunakan teori dan metode yang benar.
Keempat, Teori Fenomenologi Edmund Husserl. Fenomenologi sebagai aliran filsafat sekaligus
sebagai metode berpikir diperkenalkan oleh Edmund Husserl, yang beranjak dari
kebenaran fenomena, seperti yang tampak apa adanya.
Suatu fenomena
yang tampak sebenarnya merupakan refleksi realitas yang tidak berdiri sendiri,
karena yang tampak itu adalah objek yang penuh dengan makna yang transendental.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan hakikat kebenaran, maka harus mampu berpikir
lebih dalam lagi melampaui fenomena yang tampak tersebut, hingga mendapatkan meaningfulness.
Menurut Collin,
fenomenologi mampu mengungkap objek secara menyakinkan, meskipun objek itu
berupa objek kognitif maupun tindakan atau ucapan. Sementara, menurut Orleans
yang menyitir pendapat Darroch dan Silver, mengatakan bahwa fenomoenologi
diterapkan agak berbeda dibandingkan dengan ilmu pengetahuan sosial
konvensional lainnya.
Itulah gambaran
singkat mengenai teori keempat yang masuk dalam paradigma definisi sosial dalam
sosiologi, saya harapkan kawan-kawan lebih rajin lagi membaca teori
fenomenologi, jika penelitian yang akan kamu lakukan dengan menggunakan teori
ini.
Kelima, Teori Etnometodologi. Teori ini dikenal sebagai salah satu cabang ilmu
sosiologi yang mempelajari tentang berbagai upaya, langkah, dan penerapan
pengetahuan umum pada kelompok komunitas, untuk menghasilkan dan mengenali
subjek, realitas dan alur tindakan yang bisa dipahami bersama-sama.
Etnometodologi
dikembangkan oleh Harold Garfinkel, yang selama 20 tahun melaksanakan
penelitian di Harvard (dibawah arahan Talcot Parsons). Bidang ini muncul pada
akhir 1960 an, sebagai reaksi terhadap perspektif sosiologi sebelumnya, yaitu
fungsionalisme struktural.
Etnometodologi
merupakan rumpun penelitian kualitatif yang beranjak dari paradigma
fenomenologi. Ciri utama etnometodologi, yaitu ciri reflektifnya, bahwa cara
orang bertindak dan mengatur struktur sosial adalah sams dengan prosedur
memberikan nilai terhadap struktur tersebut.
Nah, itulah
sekilas gambaran dan ulasan singkat mengenai teori etnometodologi yang masuk
dalam paradigma definisi sosial, yang sebagai paradigma sosiologi. Oleh karena
itu, untuk dapat memahami lebih kompleks lagi terhadap teori etnometodologi
saya sarankan agar kawan-kawan membaca dan mencari referensi yang lebih banyak
lagi tentang teori ini.
Bacaan lainnya
mengenai Etnometodologi https://rumahsosiologi.com/tulisan/sosiologi-klasik/58-etnometodologiroes
Keenam, Teori Eksistensialisme. Teori ini memang sedikit yang mengetahuinya, penulis
juga mengaku belum ada membaca teori ini dalam ranah sosiologi, secepatnya
nanti sambil menunggu untuk membeli buku yang terkait dengan teori ini, akan
coba penulis tulis lagi secara kompleks pembahasannya.
Oleh karena itu
penulis merekomendasikan beberapa referensi dibawah ini untuk dapat dibaca agar
sedikitnya memahami tentang Eksistensialisme tersebut. Klik 1 | Klik 2
Nah, itulah ulasan singkat mengenai paradigma definisi sosial yang mana merupakan bagian dari ketiga paradigma sosiologi yang menjadi pedoman dasar bagi mahasiswa sosiologi.
Perlu saya ingatkan bahwa tiga paradigma sosiologi yaitu Paradigma Fakta Sosial, Paradigma Definisi Sosial, dan Paradigma Perilaku Sosial. Jangan malas untuk membaca dan usahakanlah untuk rajin mencari referensi bacaan ya guys !
Sumber referensi bacaan buku :
1. Teori-teori sosial dalam tiga paradigma (fakta sosial, definisi sosial dan perilaku sosial) oleh Prof DR IB Wirawan
2. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda oleh George Ritzer