Ada Dua Fakta Sosial Menurut Durkheim
Fakta sosial dinyatakan sebagai barang sesuatu (thing), yang mana berbeda dengan ide.
Sosiologi Info – Ada tiga paradigma dalam Sosiologi,
yaitu paradigma fakta sosial, definisi sosial, dan perilaku sosial. Berikut
adalah uraian singkat mengenai paradigma fakta sosial.
Sekilas.
Paradigma fakta sosial diambil dari kedua karya Durkheim. Ia meletakkan
landasan paradigma fakta sosial melalui karyanya The Rules of Sociological
Method dan Suicide.
Durkheim
melihat, sosiologi yang baru lahir itu dalam upaya untuk memperoleh kedudukan
sebagai cabang ilmu sosial yang berdiri sendiri. Menurut Durkheim, sosiologi
ketika itu tengah berada dalam ancaman bahaya, dimana kekuatan pengaruh dari
dua cabang ilmu yang telah berdiri kokoh, yaitu filsafat dan psikologi.
Dua tokoh yang
kala itu menurut Durkheim lebih dominan pandanganya pada yang bersifat
filosofis dari pada bersifat sosiologis. Kedua tokoh itu adalah Comte dan
Spencer. Dari hasil penelitian yang dilakukan Durkheim, yang mana ia menguji
hasil teori-teori dibelakang meja.
Menurut
Durkheim, riset emperis inilah yang membedakan antara sosiologi sebagai cabang
ilmu pengetahuan dari filsafat. Sebaliknya, jika pekerjaan yang telah dirintis
oleh Comte dan Spencer dilanjutkan, maka sosiologi tidak akan bisa berdiri
sendiri, dan menurutnya tidak akan lebih daripada menjadi cabang filsafat.
Comte yang
menempatkan dunia ide sebagai pokok persoalan studi sosiologi. Sebaliknya,
menurut Durkheim berpendirian bahwa ide tidak dapat dijadikan sebagai objek
riset. Ide hanya berfungsi sebagai suatu konsepsi dalam pikiran, dan tidak
dapat dipandang sebagai barang sesuatu (thing).
Terkhusus pada
Spencer, Durkheim memberikan kritikannya dengan menyatakan bahwa Spencer bukan
menjadikan kenyataan kehidupan bermasyarakat yang nyata sebagai objek studi
sosiologinya. Melainkan, idenya sendiri tentang hidup bermasyarakat yang
dijadikan sebagai objek studinya.
Spencer dan
Comte tidak jauh berbeda, mereka berdua sama-sama menekankan pada ide
keteraturan masyarakat (social order) daripada berusaha melakukan penelitian
emperis.
Kedua tokoh
diatas, menurut Durkheim sangat bersalah besar karena telah membelokkan
sosiologi menjadi cabang ilmu filsafat, bukan malah mengarahkannya menjadi ilmu
pengetahuan yang emperis dan berdiri sendiri.
Oleh karena
itulah, untuk dapat memisahkan sosiologi dari pengaruh filasafat, serta untuk
membantu sosiologi mendapatkan lapangan penyelidikannya sendiri, maka Durkheim
membangun satu konsep yaitu Fakta Sosial (Social Facts).
Fakta Sosial.
Durkheim menjadi tokoh utama dalam fakta sosial, karena berkat hasil analisanya
dan berkat kerja keras Durkheim, akhirnya sosiologi mempunya objek penyelidikan
sendiri. Inilah yang menjadi pokok persoalan
dalam penyelidikan sosiologi. Fakta sosial dinyatakan sebagai barang
sesuatu (thing), yang mana berbeda dengan ide.
Arti penting
dari pernyataan Durkheim terletak pada usahanya untuk menerangkan bahwa fakta
sosial tidak dapat dipelajari melalui intropeksi. Fakta sosial harus diteliti
didalam dunia nyata sebagaimana orang mencari barang sesuatu yang lainnya.
Fakta sosial
menurut Durkheim terdiri atas dua macam yaitu :
Pertama, Fakta
sosial dalam bentuk material. Dimana fakta sosial ini merupakan barang sesuatu
yang dapat disimak, ditangkap, dan diobservasi. Fakta sosial itu adalah bagian
dari dunia nyata. Misalnya, arsitektur, dan pada norma hukum.
Kedua, Fakta
sosial dalam bentuk non-material. Dimana fakta sosial ini merupakan sesuatu
yang dianggap nyata. Fakta sosial jenis ini yaitu fenomena yang bersifat inter
subjective, yang mana hanya dapat muncul dari dalam kesadaran manusia.
Misalnya, egosime, altruisme, dan opini.
Menurut
Durkheim, tidak keseluruhan dari fakta sosial itu merupakan barang sesuatu yang
nyata. Sebagian yang berbentuk non-material adalah sesuatu yang dinyatakan atau dianggap sebagai barang
sesuatu yang nyata. Namun, sebagian dari penganut paradigma fakta sosial telah
mengabaikan pemikiran Durkheim yang penting tersebut.
Tapi, tidak
semua mengabaikan apa yang dikemukakan oleh Durkheim, Charles K Warriner adalah
salah satu orang yang menyakini dan mempercayai bahwa seluruh fakta sosial merupakan
barang sesuatu yang nyata.
Karya Charles K
Warriner yang terkenal, yaitu Groups Are Real : A Reaffirmation, Dalam hasil
karyanya itu, memang Warriner hanya terfokus pada fakta sosial terhadap
kehidupan kelompok saja. Ia memilih memusatkan penyelidikannya kepada kehidupan
kelompok karena kelompok adalah fakta sosial yang terpenting.
Menurut
Warriner, kelompok adalah suatu fakta sosial yang nyata meskipun tidak senyata
sebuah kursi atau meja. Ada empat kriteria yang dipakai Warriner untuk menyatakan
kehidupan kelompok sebagai barang sesuatu yang nyata.
Pertama,
nominalist position. Kelompok bukanlah barang sesuatu yang sungguh ada secara
rill. Tetapi semata-mata merupakan suatu terminologi atau suatu pengertian yang
digunakan untuk menunjukkan kepada kumpulan individu saja.
Nah, disinilah
letak dari pada kelompok yang kaji oleh sosiologi, yaitu perilaku individu
dalam suatu kelompok tersebut, baik dalam perseorangan atau dalam ikatan
kelompoknya tersebut.
Kedua,
Interaksionisme. Para penganut
interaksionisme menolak pembedaan antara konsep individu dan kelompok, merka
menyatakan keduanya sebagai fenomena yang tak dapat dipisahkan. Tidak ada
individu tanpa kelompok, dan sebaliknya tak ada kelompok tanpa adanya individu.
Ketiga, Neo
Nominalisme. Menerima proposisi yang menyatakan bahwa kelompok menunjuk kepada
sesuatu yang nyata ada. Tetapi juga mengakui bahwa kelompok kurang rill
dibandingkan dengan individu.
Keempat,
Realisme. Doktrin ini berpegangan kepada proposisi : 1. Kelompok sama rillnya
dengan individu atau perseorangan, 2. Tapi keduanya abstrak, gunanya hanyalah
untuk sekadar unit analisa, 3. Kelompok dipahami dan diaplikasikan khusus dalam
istilah untuk menerangkan proses sosial, bukan untuk menunjuk kepada psikologi
individual.
Dari hasil yang
telah diperjuangkan oleh tokoh tokoh diatas, para sosiolog mengakui bahwa
kelompok tidak hanya semata-mata dapat didefinisikan dalam istilah politik atau
dalam ekonomi. Durkheim dan Warriner mencoba memisahkan sosiologi dari
psikologi, yaitu suatu lapangan studi yang ingin sekali disendirikannya untuk
sosiologi.
Berikut ini ada
empat proposisi yang mendukung posisi kelompok sebagai sesuatu yang rill, yakni
: Pertama, kita dapat melihat orang atau individu tetapi tidak dapat melihat
kelompok kecuali dengan mengamati individu. Kedua, kelompok tersusun atas para
individu. Ketiga, fenomena sosial hanya mempunyai realitas dalam
individu-individu. Keempat, tujuan mempelajari kelompok adalah untuk membantu
menerangkan dan untuk meramalkan perilaku individu.
Paradigma fakta
sosial merupakan suatu cara pandang yang mana kajian-kajian yang dilakukan
dalam ilmu sosial berdasarkan fakta fakta atau realitas yang terjadi dalam
masyarakat tersebut. Pokok persoalan yang menjadi pusat perhatan penyeldidikan
sosiologi menurut paradigma ini yaitu fakta-fakta sosial. Secara garis besar
fakta sosial terdiri dari dua tipe, yaitu struktur sosial dan pranata sosial.
Sifat dasar serta antara hubungan dari
fakta sosial itulah yang menjadi sasaran penelitia sosiologi menurut Paradigma
Fakta Sosial.
Itulah sekilas
mengenai paradigma fakta sosial yang menjadi dasar para pemikir, peneliti
sosiologi dalam menyelidiki objek studinya. Berikutnya akan kami uraikan
tentang tokoh paradigma fakta sosial, beserta contoh-contohnya dalam kehidupan
bermasyarakat.
Soon ya guys !
Sumber Refrensi : Buku Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda George Ritzer
Sumber foto : dok.internet